Rabu, 05 Agustus 2015

Untuk Sepenggal Kisah yang Kutanggalkan

Pernah mencintaimu adalah sepenggal kisah yang mulai aku tinggalkan. Tak perlu lagi kau menghindar, aku sudah menghentikan langkah menujumu. Bukan aku tak cinta lagi, tapi karena aku sadar kisah cinta ku bersamamu - yang pernah kubanggakan dan perjuangan tak lagi menjadikan ku lakon utamanya. Kau sudah memilih dia – dia yang kau anggap lebih sempurna menggantikan peranku dalam kisah cintamu selanjutnya.

Tak perlu lagi kau sembunyikan dia – dia yang juga mencintaimu. Aku tak apa – aku sudah baik baik saja, sekarang.

Tapi nanti jika sesekali kamu mengingatku, ingatlah bahwa aku adalah wanita yang dulu pernah rela berlelah untukmu. Wanita yang pernah menjadikanmu satu-satunya lakon utama dari setiap cerita rindunya.  Wanita yang rela menjadikan dirinya pelarian cinta mu yang lalu – dan berharap semoga cintamu kelak hanya untuknya seorang, dan sekarang hanya menjadi wanita yang kau campakkan.

Tenanglah sayang, tak usah kau berlari lagi, aku sudah berhenti – berhenti mengejarmu. Aku sudah mulai menanggalkan semua kenangan yang pernah aku kenakan. Ya kali ini aku benar-benar sudah berhenti. Bila dulu kau adalah alasan tawa ku dan tangisku sepanjang malam, kini aku hanya perlu mencari alasan untuk bahagia saja – tanpa tangis – dan tentu tanpa dirimu.

Bila kelak kita bersua kembali, hanya ada satu tanya ku. Pernahkah dulu tulus cintamu bermuara hanya pada ku – walau hanya sebentar? Aku tak pernah menyesal pernah mencintaimu, tapi jika seandainya Tuhan membawa ku kembali ke masa lalu, masa aku mengenalmu – aku lebih memilih untuk tidak dipertemukan dengan mu.

Terima kasih untuk semua rajut yang pernah kamu untai dan maaf untuk semua ketidaksempurnaanku hingga tak dapat menjadikan diriku tujuan akhirmu. Semoga kamu berbahagia sayang. Semoga kau tak pernah lagi memutar arahmu – dan semoga dia yang sekarang bisa menjadi akhir untuk semua kisahmu.

Minggu, 22 September 2013

Mengingkari adalah perihal menggarami luka

Benarkah penantian ini telah usai?  Kenapa senja merambat begitu cepat?  Rindu ku belum lagi jemu. Masih menapak ke jalan yang sama, jalan menuju mu. Kamu tahu, begitu sederhananya untuk ku memulai. Mereka - reka hari bahagia bersamamu, ketika perjumpaan itu telah merekat tatap ku. Damba ini masih dalam diam, belum mampu terucap di lidah yang teracap kali kelu. 

Sekarang, apa masih boleh aku mencecap rindu untuk mu? Ketika aku menyaksikan dua mimpi saling menengadah ke langit dalam pengharapan yang satu. Mencuri - curi pandang dalam barisan doa - doa lirih. Bahagia selamanya. 
Benar adanya, cinta adalah perihal merajut asa menjadi luka. Ketika luka mulai membuncahkan sakit di dinding hati, mulut masih tetap teguh dalam bisunya.
Aku mengabu - abu, dan kamu masih tetap memerah memancarkan rona dalam birunya rindu.  Not - not alunan relung ku seketika berhenti. Mempertanyakan hal yang menggugah pilu. Haruskah aku pergi dengan mengingkarimu? 


Seperti hal nya cinta, mengingkari adalah perihal menggarami luka yang belum lagi kering.

Dan sekali lagi aku pertanyakan, benarkah penantian ini telah usai - wanitaku ?

Minggu, 04 Agustus 2013

Hai hati, apa kali ini aku sudah siap untuk (terjatuh) lagi ?

Apa yang dapat aku rekam di malam yang panjang ini ? Bait bait rindu menyelimuti tubuh dari dinginnya hati. Rindu ini terasa hangat. Seperti lilin kecil menguapkan luka di sudut mata. Kamu berhasil memeluk sepi di dadaku dan melukis sebuah senyum dicemasku. Jangan padamkan lilinnya ! Aku mohon. Biarkan aku sejenak menyusun serpihan getar untuk sebuah pengharapan. Seperti sebuah ledakan besar , serpihan rindu dan rasa bertemu dititik penyatuan. Dan semuanya mengurai tentangmu. Aku tak tau kapan ini bermulai, tapi setiap detik yang aku hela, penuh dengan kamu.

Ketuklah, dan masuk. Ada ruang disini (hati).
Ada deretan memori menghiasi ruang itu. Ruang yang selalu mampu mengahadirkan sekelabat senyuman. Tempatku bercerita dalam diam dan dalam damba yang tak pernah jera menanti. Ketika kamu membuka ruang itu, dengarlah. Ada tawamu yang menyusun not not rindu. Tak henti mengalun, berputar sendiri.

Tak terasa sudah sepanjang malam ini, kamu duduk disampingku. Bercerita panjang dengan ku dan mereka. Kita bercerita banyak hal. Tawa renyah dan senyuman itu selalu ada disetiap kata mu yang terucap. Aku suka, ketika sesekali kamu menoleh ke arah ku dan tersenyum. Senyum yang sebenarnya tak berbeda dengan senyum mu pada mereka. Tapi biarlah. Aku menyukainya. Aku juga suka, ketika kau mulai terkantuk dan menahan kuap mu. Kamu, terlihat lucu dan....cantik!

Sesekali aku menghela nafas. Luka terjatuhku belum lagi sembuh, tapi kenapa terasa tak menyakitkan? Ada apa dengan kamu? Kamu keturunan penyihir? Kamu mampu membuat retak lukaku hilang. 

Bulan berganti mentari, tanpa sadar aku berucap. Hai hati, apa kali ini aku sudah siap untuk (terjatuh) lagi?